Kamis, 22 Maret 2012

PENGERTIAN CINTA DAN KASIH

Pengertian Cinta Kasih
Cinta & Kasih Dua kalimat yang hampir sama tetapi mempunyai makna / arti yang berbeda
Cinta : perasaan yang lahir dari hati seseorang , timbul dengan sendirinya, tidak melihat waktu dan usia, suatu rasa untuk ingin menyayangi dan memiliki, seperti perasaan cinta ibu kepada anak nya, perasaan cinta tuhan kepada umat nya yang bertaqwa. cinta yang tulus akan menimbulkan nilai2 kejiwaan yang selalu tulus dan berserah.
Pada dasarnya kasih adalah fitrah yang dianugerahkan Allah SWT kepada mahluknya, misalnya hewan, kita perhasikan begitu kasihnya kepada anaknya, sehingga rela berkorban jika anaknya diganggu. Naluri inipun ada pada manusia, dimulai dari kasih sayang orang tua kepada anaknya, begitu pula sebaliknya. Akan tetapi naluri kasih sayang ini dapat tertutup jika terdapat hambatan – hambatan misalnya pertengkaran, permusuhan, kerasukan, kedengkian dan lain – lain.

3 Unsur Cinta
Menurut Dr. Salito W. Sarwono dalam artikel yang berjudul Segitiga Cinta , dikatakan bahwa cinta yang ideal memiliki 3 unsur, yaitu:
1.     Keterikatan, adalah perasaan untuk hanya bersama orang yang dicintai, segala prioritas hanya untuk dia.
2.     Keintiman, yaitu adanya kebiasaan – kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukkan bahwa tidak ada jarak lagi, sehingga panggilan formal diganti dengan sekedar nama panggilan.
3.     Kemesraan, yaitu rasa ingin membelai atau dibelai, rasa kangen apabila jauh atau lama tak bertemu, ucapan – ucapan yang menyatakan sayang, saling menium, merangkul dan sebagainya.
3. Tingkatan Cinta
Ada tiga tingkatan cinta yaitu:
  • Pertama, cinta atas dasar harapan mendapat sesuatu. Yaitu ketika seorang yang mencintai kekasihnya karena menginginkan sesuatu dari kekasihnya itu. Dan sesuatu yang diinginkannya itu biasanya berujud materi. Cinta seperti ini adalah tingkatan cinta yang paling rendah. Jika keinginannya tidak terpenuhi maka kadar cinta pecinta golongan ini sontak turun tajam. Bahkan kemudian hatinya terisi oleh bibit-bibit kejengkelan, kebencian dan kemarahan. Sehingga bila akumulasi harapan-harapannya yang tak terpenuhi itu sudah sedemikian besar, seringkali berujung pada perselisihan, bahkan perpisahan.
  • Kedua, cinta atas dasar mengharap ridho kekasih. Cinta seperti ini lebih tinggi tingkatannya dari yang pertama. Yaitu mencintai kekasih karena semata mengharap ridhonya. Orang yang memiliki cinta tingkat kedua ini akan melakukan apapun secara sukarela dengan tujuan agar kekasih mendapatkan kebahagiaan. Agar kekasih memperoleh kesenangan. Agar kekasih terhindar dari marabahaya, dll.
  • Ketiga, cinta atas dasar mengharap Ridho Allah sekaligus ridho kekasih. Inilah cinta sejati. Inilah cinta tertinggi. Pada cinta jenis kedua (mengharap ridho kekasih), adakalanya orang tersebut melakukan sesuatu dengan tulus namun apa yang dilakukannya itu tidak diridhoi oleh Allah, Sang Pencipta Cinta. Artinya apa yang dilakukannya itu menyimpang dari aturan-aturan agama. Jika demikian adanya, maka dia dan kekasihnya tidak akan merasakan kebahagiaan sejati. Yang dirasakannya hanyalah kesenangan jangka pendek dan bersifat semu. Dan kebahagiaan sejati di dunia ini adalah ketika amal perbuatan seseorang itu sejalan dengan PerintahNya (sejalan dengan nurani). Yaitu ketika amal perbuatannya itu memiliki nilai ibadah.
Berbagai Bentuk Cinta
Berdasarkan “Triangular Theory of Love” disebutkan beberapa bentuk-bentuk (wajah) cinta, yaitu :
1.     Menyukai (liking) atau pertemanan karib (friendship), yang cuma memiliki elemen intimacy. Dalam jenis ini, seseorang merasakan keterikatan, kehangatan, dan kedekatan dengan orang lain tanpa adanya perasaan gairah/nafsu yang menggebu atau komitmen jangka panjang.
2.     Tergila-gila (infatuation) atau pengidolaan (limerence), hanya memiliki elemen passion. Jenis ini disebut juga Infatuated Love, seringkali orang menggambarkannya sebagai “cinta pada pandangan pertama”. Tanpa adanya elemen intimacy dan commitment, cinta jenis ini mudah berlalu.
3.     Cinta hampa (empty love), dengan elemen tunggal commitment di dalamnya. Seringkali cinta yang kuat bisa berubah menjadi empty love, yang tertinggal hanyalah commitment tanpa adanya intimacy dan passion. Cinta jenis ini banyak dijumpai pada kultur masyarakat yang terbiasa dengan perjodohan atau pernikahan yang telah diatur (Era Siti Nurbaya dan Datuk Maringgih?)
4.     Cinta romantis (romantic love). Cinta jenis ini memiliki ikatan emosi dan fisik yang kuat (intimacy) melalui dorongan passion.
5.     Cinta persahabatan sejati (companionate love). Didapatkan pada hubungan yang telah kehilangan passion tetapi masih memiliki perhatian dan intimacy yang dalam serta commitment. Bentuk cinta seperti ini biasanya terjadi antar sahabat yang berlawanan jenis.
6.     Cinta semu (fatuous love), bercirikan adanya masa pacaran dan pernikahan yang sangat bergelora dan meledak-ledak (digambarkan “seperti angin puyuh”), commitment terjadi terutama karena dilandasi oleh passion, tanpa adanya pengaruh intimacy sebagai penyeimbang.
7.     Cinta sempurna (consummate love), adalah bentuk yang paling lengkap dari cinta. Bentuk cinta ini merupakan jenis hubungan yang paling ideal, banyak orang berjuang untuk mendapatkan, tetapi hanya sedikit yang bisa memperolehnya. Sternberg mengingatkan bahwa memelihara dan mempertahankan cinta jenis ini jauh lebih sulit daripada ketika meraihnya. Sternberg menekankan pentingnya menerjemahkan elemen-elemen cinta ke dalam tindakan (action). “Tanpa ekspresi, bahkan cinta yang paling besar pun bisa mati” kata Sternberg.
8.     Non Love, adalah suatu hubungan yang tidak terdapat satupun dari ketiga unsur tersebut. hanya ada interaksi namun tidak ada gairah, komitmen, ataupun rasa suka.




Pengertian Kasih Sayang
Hubungan sosial antara sesama manusia adalah saling mengenal satu sama lain, sebenarnya manusia perlu juga mengenal apa yang tersirat dan tersurat dengan fenomena alam. Merupakan pelajaran pada pengajaran tentang hidup dan kehidupan, saling memberikan rasa kasih sayang.
Pengertian Kemesraan
Kemesraan berasal dari kata mesra yang berarti erat atau karib sehingga kemesraan berarti hal yang menggambarkan keadaan sangat erat atau karib. Kemesraan juga bersumber dari cinta kasih dan merupakan realisasi nyata. Kemesraan dapat diartikan sama dengan kekerabatan, keakraban yang dilandasi rasa cinta dan kasih.
Pengertian Pemujaan
Pemujaan adalah dimana kita memuja atau mengagungkan sesuatu yang kita senangi.Pemujaan dapat dilakukan dalam berbagai aspek seperti memuja pada leluhur,memuja pada agama tertentu dan kepercayan yang ada. seperti  Pemujaan pada leluhur adalah suatu kepercayaa bahwa para leluhur yang telah meninggal masih memiliki kemampuan untuk ikut mempengaruhi keberuntungan orang yang masih hidup. Dalam beberapa budaya Timur.
Pengertian Belas Kasih
belas kasih adalah suatu sikap hati yang sangat mulia, adalah suatu manifestasi dari kecerdasan. Di dalam kehidupan nyata, jika kita tidak bisa mengubah konsep mementingkan diri sendiri yang terbentuk sejak lahir ini, sudah pasti kita tidak akan bisa memperlakukan orang lain dengan belas kasih.
Opini
Manusia tidak bisa lepas dari yang namanya cinta kasih, cinta kasih itu sendiri bukan hanya pada orang-orang terdekat namun juga pada lingkungan, tuhan dll. Tapi dalam kehidupan nyata, jika kita tidak bisa mengubah konsep mementingkan diri sendiri yang terbentuk sejak lahir dalam diri kita ini, sudah pasti kita tidak akan bisa memperlakukan sesuatu dengan cinta kasih.

id.wikipedia.org/wiki/Cinta
arikaka.com/bab-iii-manusia-dan-cinta-kasih/
www.cintaromantis.com/cintaromantis8.php

Senin, 19 Maret 2012

KESUSASTRAAN


3. Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Dalam Kesusastraan


Sastra mempunyai peranan yang lebih penting, karena sastra mempergunakan bahasa. Bahasa juga mempunyai kemampuan untuk menampung hampir semua pernyataan kegiatan manusia. Dalam usahanya untuk memahami dirinya sendiri, yang kemudian melahirkan filsafat, manusia mempergunakan bahasa. Dalam usahanya untuk memahami alam semesta, yang kemudian melahirkan ilmu pengetahuan, manusia mempergunakan bahasa. Dengan demikian manusia dengan bahasa pada hakekatnya adalah satu.
Sastra juga mempermudah komunikasi, karena karya sastra adalah penjabaran abstraksi. Sementara itu, filsafat yang juga mempergunakan bahasa adalah abstraksi. Cinta kasih, kebahagiaan, kebebasan yang digarap oleh filsafat adalah abstrak.
Sastra juga didukung oleh cerita. Dengan cerita orang lebih mudah tertarik, dan dengan cerita orang lebih mudah mengemukakan gagasan-gagasannya dalam bentuk yang tidak normatif.
Ilmu Budaya Dasar Yang Dihubungkan Dengan Prosa
Dalam bahasa Indonesia prosa sering diterjemahkan menjadi cerita rekaan dan didefinisikan sebagai bentuk cerita atau prosa kisahan, yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa, dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi. Istilah cerita rekaan umumnya dipakai untuk roman, novel, atau cerita pendek.
Dalam kesusastraan Indonesia kita mengenal jenis prosa lama dan prosa baru.
1. Prosa Lama, adalah prosa bahasa Indonesia yang belum dipengaruhi oleh budaya barat. Prosa Lama meliputi :
• Dongeng
• Hikayat
• Sejarah
• Epos
• Cerita pelipur lara
2. Prosa Baru adalah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apapun. Prosa Baru meliputi :
• Cerita pendek
• Roman / novel
• Biografi
• Kisah
• Otobiografi
Komponen dalam Prosa Lama adalah sebagai berikut :
• Pantun : bentuk puisi yang terdiri atas 4 baris yang bersajak bersilih dua-dua (ab-ab).
• Gurindam : puisi Melayu lama yang terdiri dari dua larik (baris), mempunyai irama akhir yang sama dan merupakan satu kesatuan yang utuh.
• Mantera : merupakan salah satu genra puisi Melayu tradisional yang diwarisi sejak zaman primitif, prasejarah dan animisme.
• Talibun : sejenis puisi lama seperti pantun karena mempunyai sampiran dan isi, tetapi lebih dari 4 baris ( mulai dari 6 baris hingga 20 baris).
• Sage : cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan keberanian, kepahlawanan, kesaktian dan keajaiban seseorang.
Komponen dalam Prosa Baru adalah sebagai berikut :
• Novel : sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa italia novella yang berarti “sebuah kisah, sepotong berita”.
• Biografi : kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Sebuah biografi lebih kompleks daripada sekedar daftar tanggal lahir atau mati dan data-data pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut.
• Cerpen : cerita yang berbentuk naratif. Jadi cerpen bukan argumentasi atau analisa atau deskripsi.
• Drama : salah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor. Kosakata ini berasal dari bahasa yunani yang berarti “aksi”, “perbuatan”.
• Soneta : salah satu bentuk sastra baru yang berasal dari Italia. Soneta masuk kedalam sastra Indonesia baru.
Nilai-Nilai Dalam Prosa Fiksi
Prosa Fiksi adalah kisahan atau ceritera yang diemban oleh palaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian ceritera tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu ceritera.
Dalam membaca prosa fiksi seperti novel atau cerita pendek, pasti dapat ditemukan beberapa nilai, diantaranya :
1. Prosa fiksi memberikan kesenangan
Keistimewaan atau kesenangan yang diperoleh dari membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan pengalaman seperti menagalami peristiwa itu sendiri.
2. Prosa fiksi memberikan informasi
Fiksi memberikan sejenis informasi yang tidak terdapat di dalam ensiklopedi.
3. Prosa fiksi memberikan warisan kultural
Prosa fiksi dapat menstimulasi imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dari warisan budaya bangsa.
4. Prosa memberikan keseimbangan wawasan
Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesempatan untuk memilih respon-respon emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda dari apa yang disajikan dalam kehidupan sendiri.
Dari banyak memperoleh pengalaman sastra, pembaca akan terbentuk keseimbangan wawasannya, terutama di dalam menghadapi kenyataan-kenyataan diluar dirinya yang mungkin sangat berlainan dari pribadinya.
Berkenaan dengan moral, karya sastra dibagi dua, yaitu karya sastra yang menyuarakan aspirasi zamannya, dan karya sastra yang menyuarakan gejolak zamannya.
Karya sastra yang menyuarakan aspirasi zamannya mengajak pembaca untuk mengikuti apa yang dikehendaki zamannya. Sedangkan karya sastra yang menyuarakan gejolak zamannya, biasanya tidak mengajak pembaca untuk melakukan sesuatu, akan tetapi untuk merenung.
Adapun beberapa contoh karya sastra adalah : Mahabrata dan Ramayana, Hikayat Hang Tuah, dan Layar Terkembang.
Ilmu Budaya Yang Dihubungkan Dengan Puisi
Puisi termasuk seni sastra, sedangkan satra bagian dari kesenian, dan kesenian adalah cabang unsur kebudayaan. Kalau diberi batasan, puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui media bahasa yang asrtistik, estetik, yang secara padu dan utuh dipadatkan kata-katanya.
Kepuitisan, keartistikan, atau keestetikaan bahasa puisi disebabkan oleh kreativitas penyair dalam membangun puisinya dengan menggunakan :
• Figura bahasa
• Kata-kata yang ambiquitas
• Kata-kata berjiwa
• Kata-kata yang konotatif, dan
• Pengulangan
Dibalik kata-katanya yang padat, ekonomis, dan sukar dicerna maknanya itu, puisi berisi tentang potret kehidupan manusia. Puisi merupakan hasil penghayatan dan pengalaman penyair terhadap kehidupan manusia, terhadap alam dan Tuhan yang diekspresikannya melalui bahasa yang asrtistik.
Adapun alasan-alasan yang mendasari penyajian puisi pada Ilmu Budaya Dasar adalah sebagai berikut :
• Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia
Perekaman dan penyampaian pengalaman dalam sastra puisi disebut ” pengalaman perwakilan “. Ini berarti bahwa manusia senantiasa ingin memiliki salah satu kebutuhan dasarnya untuk lebih menghidupkan pengalaman hidupnya dari sekedar sekumpulan pengalaman langsung yang terbatas.
Pendekatan terhadap pengalaman perwakilan itu dapat dilakukan dengan suatu kemampuan yang disebut “imaginative entry”, yaitu kemampuan menghubungkan pengalaman hidup sendiri dengan pengalaman yang dituangkan penyair dalam puisinya.
• Puisi dan keinsyafan / kesadaran individual
Dengan membaca puisi kita diajak untuk dapat menjenguk hati / pikiran manusia, baik orang lain maupun diri sendiri. Karena melalui puisinya penyair menunjukkan kepada pembaca bagian lain dalam hati manusia, dan menjelaskan pengalaman setiap orang.
• Puisi dan keinsyafan sosial
Puisi juga memberikan kepada manusia tentang pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial, yang terlibat dalam issue dan problem sosial. Secara imaginatif, puisi dapat menafsirkan situasi dasar manusia sosial yang bisa berupa :
1. Penderitaan atas ketidakadilan
2. Perjuangan untuk kekuasaaan
3. Konflik dengan sesamanya
4. Pemberontakan terhadap hukum Tuhan
Puisi pada umumnya sarat akan nilai-nilai etika, estetika juga kemanusiaan. Salah satu nilai kemanusiaan yang banyak mewarnai puisi adalah cinta kasih.



Minggu, 11 Maret 2012

Manusia dan Kebudayaan

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN



A.      MANUSIA

Manusia memiliki banyak pengertian, baik secara biologi maupun sosial. Dalam ilmu sosial manusia diartikan sebagai makhluk yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungan secara terus menerus, memikirkan, melakukan dan memperbaiki sebuah tindakan sesuai dengan aturan, pedoman, nilai-nilai moral dan seni yang dikehendaki.
Menurut ilmu sosial manusia tidak hanya sebagai makhluk biologi yang terlihat secara fisik saja, namun manusia juga sebagai makhluk sosial, individu, hukum, agama, seni, politik, ekonomi dan pendidikan.
Ada dua pandangan yang akan kita jadikan acuan untuk menjelaskan tentang unsur-unsur yang membangun manusia, yaitu:
1.       Manusia itu terdiri dari empat unsur yang saling terkait, yaitu:
a)      Jasad, yaitu : badan kasar manusia yang nampak pada luarnya, dapat diraba dan difoto, dan menempati ruang dan waktu.
b)      Hayat, yaitu : mengandung unsur hidup, yang ditandai dengan gerak.
c)       Ruh, yaitu : bimbingan dan pimpinan Tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan memahami kebenaran, suatu kemampuan mencipta yang bersifat konseptual yang menjadi pusat lahimya kebudayaan.
d)      Nafs, dalam pengertian diri atau keakuan, yaitu kesadaran tentang diri sendiri.
2.       Manusia sebagai satu kepribadian mengandung tiga unsur yaitu :
a)      Ide, yang merupakan struktur kepribadian yang paling primitif dan paling tidak nampak.
b)      Ego, merupakan bagian atau struktur kepribadian yang pertama kali dibedakan dari Ide, seringkali disebut sebagai kepribadian "eksekutif' karena peranannya dalam menghubungkan energi Ide ke dalam saluran sosial yang dapat dimengerti oleh orang lain (lingkungan).
c)       Superego, terbentuk dari lingkungan eksternal, baik aspek negatif maupun positif dari standar moral tingkah laku ini diwakilkan atau ditunjukkan oleh superego.



B.      HAKEKAT MANUSIA

1.       Mahluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh.
2.       Mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan mahluk lainnya.
Daya rasa (perasaan) dalam diri manusia itu ada dua macam, yaitu perasaan inderawi dan perasaan rohani. Perasaan inderawi adalah rangsangan jasmani melalui pancaindra, tingkatnya rendah dan terdapat pada manusia atau binatang. Perasaan rohani adalah perasaan luhur yang hanya terdapat pada manusia misalnya :
a)              Perasaan intelektual, yaitu perasaan yang berkenaan dengan pengetahuan.
b)             Perasaan estetis.yaitu perasaan yang berkenan dengan keindahan.
c)       Perasaan etis, yaitu perasaan yang berkenaan dengan kebaikan.
d)      Perasaan diri, yaitu perasaan yang berkenaan dengan harga diri karena ada kelebihan
dari yang lain.
e)      Perasaan sosial, yaitu perasaan yang berkenaan dengan kelompok atau korp atau hidup
bermasyarakat, ikut merasakan kehidupan orang lain.
f)                Perasaan religius, yaitu perasaan yang berkenaan dengan agama atau kepercayaan.

3.       Mahluk biokultural, yaitu mahluk hayati yang budayawi
Manusia adalah produk dari saling tindak atau interaksi faktor-faktor hayati dan budayawi.
4.       Mahluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkungan lekologi, mempunyai kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya

Hidup manusia mempunyai tiga taraf, yaitu estetis, etis dan religius. Dengan kehidupan estetis, manusia mampu menangkap dunia sekitamya sebagai dunia yang mengagumkan dan mengungkapkan kembali (karya) dalam lukisan, tarian, nyanyian yang indah. Dengan etis, manusia meningkatkan kehidupan estetis ke dalam tingkatan manusiawi dalam bentuk-bentuk keputusan bebas dan dipertanggungjawabkan. Dengan kehidupan religius, manusia menghayati pertemuannya dengan Tuhan. Semakin dekat seseorang dengan Tuhan, semakin dekat pula ia menuju kesempurnaan.


C.      KEPRIBADIAN BANGSA TIMUR

Banyak orang masih sering mempersoalkan perbedaan antara kebudayaan Barat dan kebudayaan Timur. Padahal konsep itu berasal dari orang Eropa Barat dalam zaman ketika mereka berexpansi menjelajahi dunia. Orang-orang yang sering mendiskusikan kontras antara kedua konsep tersebut secara populer, bisanya menyangka bahwa Kebudayaan Timur lebih mementingkan kehidupan kerohanian, mistik, pikiran preologis, keramahtamahan, dan gotong royong. Sedangkan kebudayaan Barat lebih mementingkan kebendaan, pikiran logis, hubungan asas guna (hubungan hanya berdasarkan prinsip guna), dan individualisme.

D.      PENGERTIAN KEBUDAYAAN

Kebudayaan jika dikaji dari asal kata bahasa sansekerta berasal dari kata budhayah yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa latin, kebudayaan berasal dari kata colere, yang berarti mengolah tanah. jadi kebudayaan secara umum dapat diartikan sebagai "segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah atau tempat tinggalnya:, atau dapat pula diartikan segala usaha manusia untuk dapat melangsungkan dan mempertahankan hidupnya di dalam lingkungannya ".
Secara praktis bahwa kebudayaan merupakan sistem nilai dan gagasan utama (Vital). Sistem nilai dan gagasan utama itu dihayati benar-benar oleh para pendukung kebudayaan yang bersangkutan dalam kurun waktu tertentu, sehingga mendominasi keseluruhan kehidupan para pendukung itu, dalam arti mengarahkan tingkah laku mereka dalam masyarakatnya.
Sistem nilai dan gagasan utama sebagai hakekat kebudayaan terwujud dalam tiga sistem kebudayaan secara terperinci, yaitu sistem ideologi, sistem sosial dan sistem teknologi.
a.       Sistem ideologi meliputi etika, norma, adat istiadat, peraturan hukum yang berfungsi sebagai pengarahan untuk sistem sosial dan berupa interpretasi operasional dari sistem nilai dan gagasan utama yang berlaku dalam masyarakat.
b.      Sistem sosial meliputi hubungan dan kegiatan sosial di dalam masyarakat, baik yang terjalin didalam lingkungan kerabat, maupun yang terjadi dengan masyarakat lebih luas serta pemimpin-pemimpinnya. Pengendalian masyarakat dan pemimpin berkembang dengan nilai budaya dan gagasan utama yang berlaku.
c.       Sistem teknologi meliputi segala perhatian serta penggunaannya. sesuai dengan nilai budaya yang berlaku. Dalam kebudayaan yang terutama agraris, misalnya dengan sendirinya sistem teknologi sesuai dengan keperluan pertanian.

E.       UNSUR - UNSUR KEBUDAYAAN

Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur besar maupun unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari suatu kebulatan yang bersifat sebagai kesatuan.  C.Kluckhohn di dalam karyanya berjudul Universal Categories of Culture mengemukakan, bahwa ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu:
1.       Sistem Religi (sistem kepercayaan).
Manusia yang memiliki kecerdasan pikiran dan perasaan luhur, tanggap bahwa di atas kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain yang maha besar. Karena itu manusia takut, sehingga menyembahnya dan lahirlah kepercayaan yang sekarang menjadi agama.
2.       Sistem organisasi kemasyarakatan.
Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah, namun memiliki akal, maka disusunlah organisasi kemasyarakatan dimana manusia bekerja sama untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
3.       Sistem pengetahuan.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri, disamping itu didapat juga dari orang lain.
4.       Sistem mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi.
Merupakan produk manusia sebagai homo economicus menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum terus meningkat.
5.       Sistem Teknologi dan Peralatan.
Bersumber dari pemikirannya yang cerdas dan dibantu dengan tangannya yang dapat memegang sesuatu dengan erat,manusia dapat membuat dan mempergunakan alat tersebut untuk mencukupi kebutuhannya.
6.       Bahasa.
Bahasa manusia pada mulanya diwujudkan dalam bentuk tanda (kode) yang kemudian disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan, dan akhirnya menjadi bentuk bahasa tulisan.
7.       Kesenian.
Setelah manusia dapat mencukupi kebutuhan fisiknya, maka dibutuhkan kebutuhan psikisnya untuk dipuaskan.

Cultural-universal tersebut, dapat dijabarkan lagi ke dalam unsur-unsur yang lebih kecil. Disebut kegiatan-kegiatan kebudayaan atau cultural activity (kegiatan-kegiatan) yang dapat dibagi lagi menjadi unsur-unsur yang lebih kecil lagi yang disebut trait-complex (cara). Akhirnya sebagai unsur kebudayaan terkecil yang membentuk trait, adalah items atau alat, akan tetapi pada hakekatnya merupakan suatu kesatuan.

F.       WUJUD KEBUDAYAAN

Menurut dimensi wujudnya, kebudayaan mempunyai tiga wujud yaitu
1.       Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia :
Wujud ini disebut sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, dan berpusat dalam alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan hidup.
2.       Kompleks aktivitas :
Berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi, bersifat kongkret, dapat diamati atau diobservasi. Wujud ini sering disebut sistem sosial.
3.       Wujud sebagai benda :
Aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya.

G.     ORIENTASI NILAI BUDAYA

Menurut CKluckhohn dalam karyanya Variations in Value Orientation (1961) sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia, secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia, yaitu :
1.       Hakekat hidup manusia ( MH )
2.       Hakekat karya manusia ( MK )
3.       Hakekat waktu manusia ( WM )
4.       Hakekat alam manusia ( MA )
5.       Hakekat hubungan manusia ( MN )

H.     PERUBAHAN KEBUDAYAAN

Perubahan kebudayaan atau akulturasi terjadi apabila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur suatu kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu dengan lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri, antara lain aturan-aturan, norma-nomia yang digunakan sebagai pegangan dalarn kehidupan, juga teknologi, selera, rasa keindahan (kesenian), dan bahasa. Perubahan ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:
1.                 Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri.
2.                 Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup.
3.                 Perubahan ini, selain karena jumlah penduduk dan komposisinya, juga karena adanya difusi kebudayaan, penemuan-penemuan baru, khususnya teknologi dan inovasi.

Beberapa masalah yang menyangkut proses perubahan tersebut adalah :
1.       Unsur-unsur kebudayaan asing manakah yang mudah diterima?
a)   Unsur kebudayaan kebendaan seperti peralatan yang terutama sangat mudah dipakai dan dirasakan sangat bemanfaat bagi masyarakat yang menerimanya, misalnya, alat tulis menulis.
b)   Unsur-unsur yang terbukti membawa manfaat besar, misalnya radio, komputer, telephone yang banyak membawa kegunaan terutama sebagai alat komunikasi.
c)    Unsur-unsur yang dengan mudah disesuaikan dengan keadaan masyarakat yang menerima unsur-unsur tersebut.
2.       Unsur-unsur kebudayaan asing manakah yang sulit diterima?
a)      Unsur yang menyangkut sistem kepercayaan seperti ideologi, falsafah hidup dan Iain-lain.
b)      Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi.
3.       Individu-individu manakah yang cepat menerima unsur-unsur yang baru?
Pada umumnya generasi muda dianggap sebagai individu-individu yang cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi. Berbeda dengan generasi tua yang sukar sekali untuk mengubah norma-norma tradisional yang sudah demikian meresapnya dalam jiwa mereka. Berbeda dengan generasi muda yang belum meresapi norma-norma tradisionalnya.
4.       Ketegangan-ketegangan apakah yang timbul sebagai akibat akulturasi tersebut?
Golongan yang sukar sekali atau bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi tersebut menganggap hal ini sebagai keadaan krisis yang membahayakan keutuhan masyarakat. Apabila mereka merupakan dari golongan yang kuat, maka mungkin proses perubahan dapat ditahannya. Sebaliknya bila mereka berada di pihak yang lemah, maka mereka hanya dapat menunjukkan sikap yang tidak puas.
Berbagai faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru diantaranya :
a)              Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
b)             Jika pandangan hidup dan nilai-nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilai agama, maka penerimaan unsur baru itu mengalami hambatan dan harus disensor dulu oleh berbagai ukuran yang berlandaskan ajaran agama yang berlaku.
c)               Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru. Misalnya sistem otoriter akan sukar menerima unsur kebudayaan baru.
d)             Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut.
e)             Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas, dan dapat dengan mudah dibuktikan kegunaannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan.
Proses akulturasi yang berjalan dengan baik dapat menghasilkan integrasi antara unsur-unsur kebudayaan asing dengan unsur-unsur kebudayaan sendiri. Dengan demikian unsur-unsur kebudayaan asing tidak lagi dirasakan sebagai hal yang berasal dari luar, akan tetapi dianggap sebagai unsur-unsur kebudayaan sendiri. Unsur-unsur asing yang diterima, tentunya terlebih dahulu mengalami proses pengolahan, sehingga bentuknya tidaklah asli lagi sebagai semula.

I.        KAITAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya. Tampak bahwa keduanya akhimya merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan-peraturan kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya harus patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya.


Top of Form